Kunjungan dan Latihan Bersama Awal Tahun di Dojo Aikikenyukai Koshinkan Cipete



Musim hujan di bulan Januari yang nggak kunjung henti, nggak menyurutkan semangat dan langkah kami. Sepertinya matahari masih malu-malu untuk keluar hari itu. Hujan hari itu datang dan pergi. Kadang gerimis, kadang reda, kemudian gerimis lagi. Untung hanya gerimis. Gerimis membawa kami berkunjung ke Dojo Cipete untuk silaturahmi dan latihan bersama.
Sore hari (18/01), setelah latihan di Tenkei Aikidojo UI berakhir, kami mengadakan rapat kecil, bisa dibilang begitu. Rombongan kecil kami terbagi dua. Rombongan cewek dan cowok. Rombongan cewek: saya dan senpai Rara. Rombongan cowok: senpai Ardian dan senpai Azwar. Rombongan cewek berangkat naik kendaraan umum. Rombongan cowok naik motor berboncengan, romantis sekali mereka. :p

Sebelum berangkat kami makan dulu. Mengisi tenaga kembali di Kantin Sastra. Selesai makan, kami langsung berpisah. Sampai di Kober, Margonda, ditemani hujan rintik-rintik, saya dan senpai Rara menunggu Kopaja 63 jurusan Depok-Blok M, yang melewati Ampera-Cipete-Antasari. Alhamdulillah mini bus hijau nan seksi itu cepat muncul. Kami nggak perlu nunggu lama. Sepertinya perjalanan kami sore itu memang diberkahi yang Maha Kuasa. Amin.  
Saat itu kurang lebih pukul setengah empat sore, kami berangkat dari Margonda, Depok. Alhamdulillah jalanan ramai lancar. Ditambah ada hiburan di dalam Kopaja oleh pengamen jalanan yang agak ngondek. Hebatnya, dia bisa nyanyi lebih dari lima lagu non-stop dengan penuh penghayatan ala diva yang dipuja-puja. Kadang-kadang goyang ke kiri, goyang ke kanan, meliuk-liukkan pinggul dan tangannya. Suaranya sih pas-pasan, tapi Kopaja tampaknya berhasil dijadikan panggung olehnya.  
Di dalam Kopaja, saya memandang penuh perhatian ke si pengamen ini. Saya ingin tertawa tapi saya tahan, jadi hanya senyum-senyum sendiri saja. Dia begitu asyik dengan dunianya sendiri. Goyangannya penuh kegilaan. Seperti ada hasrat yang terpendam yang ingin dikeluarkan. Dia seperti kesurupan. Bahkan, saat penumpang yang turun melewatinya, dia nggak minggir sedikit pun.  Pengamen itu berhasil menghibur saya. Saya pun ikut nyawer sekadarnya. Pengamen itu, menurut saya multi talented karena dia bisa jaga keseimbangan, nyanyi sambil joget-joget di dalam Kopaja yang ngebut. Luar biasa, menjaga tanden juga dia. :D
Ciittt… Rem Kopaja berbunyi sedikit mendencit ketika memasuki pengkolan empat arah Cipete. Kami pun turun dan melihat jam, ternyata masih pukul empat kurang. Cepat sekali kami tiba dan disambut dengan kondisi yang cerah, Alhamdulillah. Setelah sampai di Dojo Cipete, senpai Rara ternyata juga sama-sama memendam kegelian dengan pengamen tadi. Ternyata senpai Rara lebih sering ketemu dia tapi di angkot. Berjodoh sekali senpai Rara dengan pengamen itu. :p
Rombongan cowok sudah tiba lebih dulu. Sekitar satu jam kami menunggu dengan obrolan macam-macam untuk membunuh waktu dan kebosanan. Hingga latihan pun dimulai kurang lebih pukul lima sore. Kami bergegas berganti pakaian.

Onegai Shimasu
Latihan dibuka oleh Sensei Shanti dengan teknik Suwari Waza-Shomen Uchi Ikkyo. Selanjutnya, latihan dipimpin oleh Sensei Hakim dengan tema Kokyu Ho atau pernapasan. Teknik pertama, Sensei Hakim memberikan contoh latihan Katate tori Kokyu Ho. Dan seterusnya Kokyu Ho dengan variasi gerakan dengan Morote tori, menggunakan media telapak tangan, lidi dan bokken.

Sensei Hakim memberikan pengajaran pada sesi latihan.
Dalam sesi pengajarannya kali ini, Sensei Hakim menekankan bahwa latihan Aikido sebaiknya dilakukan dalam kondisi dan suasana yang nyaman, penuh kesenangan dan kegembiraan agar seluruh badan bisa rileks ketika melakukan gerakan. Nage bisa bergerak bersama dengan Uke tanpa ada tekanan atau ancaman. Nage nggak bergerak sendiri. Nage menerima Uke dan mengajak Uke bergerak bersama menjadi kesatuan yang harmonis.
Selain itu, Sensei Hakim mengatakan bahwa semakin tinggi tingkatan Aikidoka maka semakin kuat tanden-nya. Oleh sebab itu, bentuk kamae akan semakin rileks dan nggak terlihat kaku (fleksibel) seperti berdiri biasa. Begitu pula sebaliknya, jika masih baru atau masih tingkatan dasar, bentuk kamae masih tampak sepertinya kokoh dan kuat. Dengan lebar kaki dengan jarak yang masih lumayan besar. Untuk melakukan teknik ini, saya mendapat masukan dari Sensei Shanti. Untuk tanden yang belum terlalu kuat. Tahapannya adalah agar menurunkan tanden terlebih dahulu. Jika tanden Nage dan Uke sudah terkoneksi, eksekusi teknik bisa dilakukan.

Suasana latihan.
Latihan bersama dan silaturahmi kali ini dihadiri oleh para Sensei dan para senpai. Dari Dojo Cipete ada Sensei Jamal, Senpai Usa, Senpai Azhar, Senpai Tya, Senpai Bagio, dan lain-lain. Dari Tenkei Aikidojo yang hadir antara lain Sensei Eka, Senpai Farman, Senpai Prama, Senpai Budi, Senpai Muhammad, Senpai Ririen, Senpai Dyah, Senpai Ardian, Senpai Rara, Senpai Azwar, dan saya sendiri. Latihan semakin seru dan mengasyikan karena nggak hanya Tenkei Aikidojo yang berkunjung ke Dojo Cipete tetapi juga ada keluarga dari Dojo Mizu. Dari Dojo Mizu ada perwakilan dari Dojo cho-nya, Senpai Fadjar dan Senpai Gani.
Dengan pasangan yang berbeda-beda, latihan ini terasa sangat mengesankan dan menyenangkan. Ditambah dengan cara pengajaran Sensei Hakim yang nggak membosankan karena sesekali memberikan contoh yang terlihat lucu. Sensei Hakim juga memberikan contoh-contoh kasus, baik dari pengalaman hidupnya sendiri maupun orang lain, seperti tokoh seni beladiri ternama Jackie Chan. Hal ini memberikan pengalaman serta pelajaran baru. Langit sudah gelap, nggak terasa latihan ternyata sudah sampai di penghujung. Latihan diakhiri dengan relaksasi pernapasan.

Peserta duduk seiza, serius memperhatikan ajaran.
Sensei Hakim memberikan latihan pernapasan paru-paru agar kerja paru-paru lebih optimal. Relaksasi dimulai bernapas dengan kedua paru-paru. Kemudian, mencoba bernapas dengan paru-paru kiri dan kanan. Setelah itu, Sensei Hakim menutup latihan dengan Mokuso, yaitu berdoa di dalam hati atau mendengarkan suara yang paling kecil untuk membersihkan pikiran.
Sebelum keluar matras, gi, sabuk, hakama masih dipakai rapi, nggak ketinggalan kami mengabadikan latihan bersama ini dengan bernarsis ria. Setelah itu, kami ganti pakaian, bersih-bersih, serta sholat maghrib berjamaah dengan Sensei Hakim sebagai imam. Segar rasanya setelah latihan dan bersih-bersih. Ada yang kurang, ditandai dengan perut kami yang keroncongan, kami perlu pemadam kelaparan.

Foto bersama setelah latihan usai. 
Semua pun berkumpul di atas matras mencicipi cemilan gorengan pakai cabe tambah maknyus, pedasnya, uenaknya. Ada tahu goreng, pastel, dan brownis. Ditemani air mineral dan coca-cola. Hidangan tersebut melengkapi obrolan hangat di malam minggu yang dingin. Hingga nggak terasa, malam semakin pekat, hujan sepertinya segera datang, ada yang ingin cepat pulang. Setelah membereskan matras, perpisahan pun datang. Nggak ada perpisahan jika nggak ada pertemuan. Semoga bisa bertemu kembali di lain kesempatan dan pastinya di latihan bersama berikutnya.

Kebersamaan setelah latihan.
Ngobrol bareng para Sensei.
Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk para Sensei, senpai-senpai, dan teman-teman. Khususnya untuk Sensei Hakim, Sensei Shanti dan Dojo cho Cipete atas kesediaan untuk meluangkan waktu, berbagi ilmu, dan meminjamkan matras. Semoga Dojo Cipete, Tenkei Aikidojo, dan Dojo Mizu terus berkembang. Teman-teman dan senpai-senpainya bisa tetap terus semangat berlatih dan belajar.

Sampai jumpa lagi pada sesi latihan atau kunjungan berikutnya.

Doumo Arigatou Gozaimashita


(Ageng Wuri)

Photo: courtesy by senpai Bagio.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Tenkei Aikidojo

TENKEI AIKIDOJO 2020-2021

Peran Sempurna Seorang Uke